FAKTABARUU.NET- PARIGI,--Statemen Andy Rully Djanggola yang mengklaim kerusakan sejumlah titik pada pembuatan Tanggul Abrasi Pantai Desa Bambalemo Ranomaisi Kec. Parigi Kab. Parigi Moutong TA 2023 menjadi bahan candaan warga setempat.
Kadis Cikasda Sulteng, Andy Rully Djanggola secara blak blakan mengaku kerusakan itu diduga keras akibat ulah oknum tertentu yang tidak bertanggungjawab.
"Kami menduga ada yang ba betel.Kalo cuma ombak itu, tidak begitu rusaknya.Kami juga heran, kenapa bisa begitu rusak, kayak di sengaja rusaknya,"tegas Rully Djanggola, sambil memperlihatkan foto kerusakan proyek tanggul abrasi pantai tersebut, Kamis (21/9).
Sejumlah warga Bambalemo Ranomaisi menyayangkan statement Andy Rully Djanggola.
"Pak Kadis seharusnya jangan 'buang handuk'. Warga tidak mungkin merusak hasil proyek yang sudah dikerjakan, malahan harus dipelihara.Statement itu menyesatkan,"keluh, salah satu warga Bambalemo yang meminta tidak dipublikasikan identitasnya, Jumat (22/9).
Proyek berbadrol Rp 200 juta itu, menurut sumber, terkesan asal dikerjakan dan dikhawatirkan tidak dapat bertahan lama, karena volume ombak di pesisir pantai desa setempat terbilang cukup besar.
Menurut Kepala Dusun (Kadus) III, Desa Bambalemo Ranomaisi, Yusran, pekerjaan tanggul abrasi pantai sepanjang 40 meter itu, hanya menggunakan koforan sedalam 50 senti saja.
“Saat ini, koforan dari pekerjaan itu sudah terlihat di atas pasir pantai, karena tergerus ombak,” jelas Yusran, kepada media ini, Rabu, 20 September 2023.
Bahkan, tanggul abrasi pantai yang baru selesai dilaksanakan tiga bulan itu, sudah mengalami kerusakan dibeberapa titik.
Ia mengaku, memang upaya perbaikan telah dilakukan pihak pelaksana. Namun, hanya ditempel begitu saja menggunakan campuran semen dan bahan pengeras tambahan.
Selain itu, kata dia, ada pengurangan volume pada proyek yang diduga dikerjaan Yusri, oknum pegawai Dinas Cikasda Sulawesi Tengah tersebut.
“Khususnya ukuran tinggi tanggul penahan abrasi pantai, dengan alasan untuk menambah volume panjangnya dari semula 40 meter menjadi 45 meter,” bebernya.
Meskipun sebagai pekerja diproyek itu, ia mengaku tidak tahu mengetahui berapa besaran biaya pembangunan tanggul abrasi pantai.
Sebab, saat proses pekerjaan mulai dilakukan, pihak pelaksana tidak memasang papan proyek seperti pada umumnya.
“Kami hanya tahu upah kerja yang dibayarkan kepada kami sebesar Rp95.000 per hari,” sebut Yusran.
Sementara itu, Sekretaris Desa Bambalemo Ranomaisi, Sirman meminta Dinas Cikasda Sulawesi Tengah, untuk mencari solusi atas persoalan itu. Sehingga, pembangunan tanggul penahan abrasi pantai dapat tepat guna dan manfaat.
Minimal, diprogramkan pembuatan pemecah ombak demi menghindari berbagai kemungkinan terburuk dari hasil pekerjaan itu.
“Kami meminta agar dibuatkan pemecah ombak sebelum terjadi kerusakan yang lebih parah,” tukasnya.* Redaksi *